Senin, 11 Desember 2017

Surat

Ini sudah yang ketiga, Atala.

Bagaimana keadaanmu? Tenggorokanmu sudah sehat? Ah, lancang kiranya aku bertanya masalah sakitmu, aku tak berhak tahu masalah-masalah mu kecuali kamu yang bercerita sendiri.

Aku rindu ceritamu, Atala.

Aku dulu sudah berjanji akan mengirimu surat tiap minggu. Tapi, sudah 2-3 mingguan aku tak melakukannya. Bukan karena aku takut kamu tak membalasnya, kamu membacanya aku sudah cukup.

Atala, apakah kamu menikmati ketika membaca surat-suratku? Kamu membacanya, lalu kamu simpan di suatu tempat.

Atau hanya membuang-buang waktumu? Tak kamu baca malah kamu lipat jadi kapal-kapalan lalu kamu jatuhkan ke sungai, atau kamu jadikan wadah makanan kucing-kucingmu? Atau malah kamu biarkan suratku tergeletak sembarangan dan tersapu? Aku lebih suka suratku kamu jadikan wadah makanan kucing-kucingmu, Atala.

Atala, ini sudah penghujung tahun, cuaca tak karuan. Berteduhlah, beristirahatlah. Jangan sampai sakit, seperti aku. Salam.(csw)


Rabu, 22 November 2017

Gelap

Berjam-jam di tengah pekat permulaan
meraba-raba apa yang kamu rasakan
kita sedang di jalan, mari sini, manisku

Aku tahu kau ada disampingku
tapi aku tahu kau bisa pergi, menghilang kapan saja
aku juga tahu kau bisa memelukku kapan saja
atau malah kau menikamku, lalu pergi lalu menghilang

Sekiranya bisa, sekali saja aku menjelma menjadi gelap, akan kulingkupi dirimu dengan keberanian.

Sekiranya bisa, sekali saja aku menjelma menjadi hujan, akan kuderasi tubuhmu dengan pelukan.*

*potonga sajak dari Artasya Sudirman

Senin, 20 November 2017

Tentang Pulang

Atala.

Bagaimana keadaanmu, Atala? Apa kabar flu mu? Semoga penyakit remeh-temeh itu tak lagi mengganggumu.

Aku disini baik-baik saja. Yang tak baik hanya rinduku.

Pagi tadi aku putuskan untuk sore ini aku pulang. Tapi, hujan menahanku untuk bertahan sementara disini. Sembari hujan, aku melamun. Bagaimana jika aku bercanda denganmu, bertukar pendapat serius dengan cara tidak serius, bercerita tentang hal-hal yang tak penting, melempar beberapa candaan garing yang entah mengapa kita tertawakan.

Petir menyadarkanku, menghancurkan lamunan-lamunan tentang kita.

Ada hal yang menurutku baru. Entah mengapa ketika aku mendengar kata:pulang, ada kamu dalam pikiranku. Tak hanya rumah, tapi kamu, Atala.

Atala, kita belum berjalan. Jangan pernah menyimpulkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Tak apa sekali-duakali kamu mengikuti ego pemikiranmu. Tapi, kumohon, Atala, jangan. Aku tak bilang jika yang kamu pikirkan salah. Mungkin, terlalu dini.

Atala, waktu yang akan mengolah. Aku ingin mendengar kamu berbicara padaku. Bercerita tentang apapun. Apapun, Atala. Hal-hal yang menyebalkan, mengegangkan, menenangkan. Sekali lagi, apapun.

Seperti kata Cholil Mahmud:saling bercerita tak perlu memuji, tak perlu ucapkan maaf tapi saling mengerti.

Atau bahkan hanya dengan berpegangan tangan dalam sepi, sudah tau maksud isi hati. Aku tahu ini klise.

Atala, sepi itu indah, percayalah.

Tapi, memang kita tidak tahu apa-apa tentang masa depan, bukan.

Aku pulang, Atala, tapi aku tak menemukanmu di rumah.(csw)




Selasa, 07 November 2017

Kita Sama-sama Suka Hujan

Hai, Atala.

Aku hanya ingin berkabar, aku baik-baik saja. Tidak, tapi tak mungkin aku berkata aku tidak baik-baik saja di awal suratku. Itu akan menambah hal yang tidak baik, kelak.

Aku yakin kamu semakin baik dari hari kemarin.

Hari ini hujan. Kemarin malam juga. Sebuah waktu yang, mungkin, kita rindukan. Dengan cara dan hal masing-masing.

Suatu sore kala di rantau aku mengirim pesan singkat padamu, "Rumah hujan?" Tanyaku.

"Tidak. Kamu mau pulang?" Jawabmu.
"Aku hanya rindu hujan."
"Memang, hujan membawa kenangan."
"Tidak, aku rindu hujan karena disini panas, mungkin dengan hujan bisa sedikit mendinginkan."

Dan, hari ini, aku malah mengingat percakapan kita di dunia maya. Pecundang memang.

Aku masih di rumah. Dan, aku merindukanmu.

Berlebihan memang jika aku bilang kita sama-sama suka hujan. Merasa aku paling mengerti kamu.

Banyak juga orang-orang di luar sana yang suka dengan hujan.

"Hujan memang membuat rindu siapa saja yang menyukainya, tapi membuat kesal yang membencinya." Katamu.

"Hujan it anugerah," kataku, "Ada yang bilang suka hujan, tapi waktu hujan, neduh."(csw)




Sabtu, 23 September 2017

Tak Ada Matahari Pagi Ini

Tak ada matahari pagi ini
Langit bercampur duka yang ku buat sendiri
Kelopak mawar gugur mewangi
Tapi ceria anak kecil tetap tak mati

Tak ada angin pagi ini
Burung gereja malas mengelabui petani
Sungai tetap berair, tapi tak mengalir

Tak ada kita pagi ini
Otak ku tak bosan memaki pada diriku sendiri
Akankah kisah cinta ini seperti Zulaikha dan Yusuf yang terridloi
Atau malah seperti Qais dan Layla yang termahsyur di tiap negeri

Tak ada apa-apa pagi ini
Tapi ceria anak kecil tetap tak mati.
(csw)

Rabu, 19 Juli 2017

Sekarang

Hai, Atala.

Apa kabarmu, Atala? Aku pikir kau lebih baik, seharusnya. Sudah lama aku tak menyapamu. Lama. Lama sekali. Meskipun sekarang ada sosial media, aku juga tak berkirim pesan denganmu. Mungkin, aku beranggapan:semakin dekat kita di dunia maya, semakin jauh kita di dunia nyata.

Entahlah, yang fana itu waktu, kita abadi. Kata Pak Sapardi.

Aku ingin bercerita banyak, Atala, Sampai-sampai aku bingung harus mulai darimana. Tidak, tidak. Aku sudah tidak berharap suatu hari suratku kamu balas. Surat ini sampai padamu aku sudah merasa cukup.

Kau tahu, Atala, aku menyadari apa akhir-akhir ini? Aku menjebak diriku sendiri. Aku merasa seakan aku sendiri yang membuat diriku sekarang. Bukan waktu, bukan orang lain, bukan keadaan. Tapi diriku sendiri.

Rumit. Pesimis. Anarkis. Imoralis. Egois. Tak bersyukur. Mudah naik pitam.

Kau, Atala, jika melihat aku sekarang, pasti kau akan membenciku. Sama denganku.

Atala, pernahkah kamu menangis di sepertiga malammu karena seseorang?
Pernahkah kamu, Atala, menangis di sepertiga malammu karena dirimu sendiri?

Aku sering. Dua-duanya.

Hal yang sudah hilang dari diriku adalah: bermimpi tinggi, berpikiran sederhana. Hilang, Atala. Hilang.

Sudahlah.

Atala, Apakah kamu masih seperti dulu? (csw)




Senin, 19 Juni 2017

Kusam

Kusam  sudah tepian senja
Kau menyapa dalam sudut ruang
Gelap ternyata perumpamaan

Dengungan cahaya menjadi terbagi
Bising udara hanya umpatan
Telinga kubiarkan siap

Kita tak menjadi abu-abu
Akan titik-titik kabut menjelang
Kembali ke hal-hal kecil

Sabtu, 08 April 2017

Mungkin, Setahun yang Lalu

"sukses unbk man temankuu. one step closer we're gonna see each other on top"

Ya begitulah kurang lebih sebuah postingan adik kelas di sosial media yang besok(senin) akan melakasanakan UNBK. Masa akhir sekolah memang.

Degg. Serasa udara kamar kurang untuk memenuhi kebutuhan udara yang kuhirup, ato malah terlalu ringan serasa terlalu banyak lalu sesak. Dadaku sesak.

Memanglah masa akhir sekolah, masa akhir SMA. Hassh. Jadi rindu teman-teman.

Dengan kenangan kita bisa jatuh cinta pada masa lalu.

Yang aku ingat ketika ada postingan tersebut adalah Kenangan Bersama Teman-teman.

Anjirr, kenangan bersama teman-teman.

Waktu SMA, waktu ketika aku berani bermimpi. Mimpi sangat liar. Mimpi yang, mungkin, ketika orang lain mendengarnya bakal ketawa. Mimpi untuk menjadi seorang arsitek, yang sekarang masih aku impikan. Dan aku tak akan pernah malu mengakuinya. Walau aku belum bisa mewujudkannya, bahkan menginjakan satu langkahpun belum bisa. Dan aku tak akan pernah malu mengakuinya meski aku tak bisa mewujudkannya.

Mimpi menjadi seorang pemain futsal, ah entahlah. Ya bagaimana nggak termotivasi, orang 3 tahun di SMA kebanyakan mikir futsal ketimbang pelajaran. Berawal dari yang nggak bisa main, nggak terlalu ngerti tentang futsal. Dan berakhir dengan beberapa trofi. Ya meskipun kebanyakan tingkat kabupaten. Lumayanlah. Andil orang banyak. Pelatih, teman, banyaklah. Manis banget anjirrr.

Untuk ke-empat temanku, aji, deden, iqhbal, kukuh, yang kita sudah jarang ketemu, aku masih punya mimpi, kita akan naik gunung berlima. Naik. Gunung. Berlima. Entahlah.

Waktu SMA, waktu ketika masih produktif. Produktif dalam membaca, produktif nge-blog. Pokoknya sangat positiflah kehidupanku masa itu. Nggak kayak sekarang, olahraga aja jarang, males-malesan, ketambahan rokok pula. Hashhh. Perut buncit, skill hilang, menjadi pesakitan.

Baca buku juga gitu, kalo dulu mungkin seminggu bisa baca 1-3 buku. Sekarang baca selama 1 bulan pun belum selesai 1 bukupun. Bukan karena banyak tugas, males baca.

Terus ngeblog, kalo dulu bisa rutin. Sekarang cuma bikin draft dan nggak selesai-selesai.

Waktu SMA, waktu ketika masih ada At--, jangan bahas dia lagi deh. Sekarang udah ada yang baru, tapi ceritanya kurang lebih sama. We falling love with people we can't have. Atau yang sekarang lebih tepatnya the right feeling at the wrong time.

Akan ada masa ketika kalian teringat masa SMA, kalian akan teringat dengan teman-teman, ato teringat dengan seseorang yang hanya menjadi teman.

Dan yang paling menyedihkan adalah ketika seorang sahabat sudah memunyai teman baru dan kita merasa dilupakan. Dilupakan.

Oiya, dengan ungkapan "sukses ya" dan "see you on top", maksudnya apa ya? Apa kita akan bertemu dengan memamerkan kekayaan masing-masing ketika sukses? Atau gimana?

Hffff.

Ketika udah lulus, hal yang dibicarakan adalah tentang gimana kuliah, dosennya gimana, dan tentang guru SMA yang dirasa menyebalkan.

Cerita yang dulu menakutkan, sekarang akan dibercandakan. Cerita yang dulu memalukan dan ditahan, sekarang akan membuat teman tertawa lepas.

Dan yang akan kalian rasakan sekarang ini adalah bingung dengan kesibukan untuk mempersiapkan pendidikan tinggi beriringan dengan kengerian masa depan juga rindu yang menakutkan akan teman-teman SMA.

Kalian harus punya banyak rencana, jangan optimis dengan rencana awal kalian.

Banyak yang akan bilang:do your best, nikmati prosesnya, bisa kok bisa, doanya dibanyakin.

Tapi.

Jangan berfikir apa yg kalian lakukan ketika doa kalian tidak diijabah, tapi berfikirlah apakah kalian akan tetap sedekat ini dengan Tuhan disaat doa kalian telah dikabulkan.

-csw-










Jumat, 24 Maret 2017

Kemarin Malam

Dia jalan tergesa dari arah barat
Dengan langkah malu memasuki beranda

Senyumnya menyenangkan
Suaranya mengemaskan

"Sudahlah" katanya

Apanya yang harus disudahi?

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts