Atala.
Bagaimana keadaanmu, Atala? Apa kabar flu mu? Semoga penyakit remeh-temeh itu tak lagi mengganggumu.
Aku disini baik-baik saja. Yang tak baik hanya rinduku.
Pagi tadi aku putuskan untuk sore ini aku pulang. Tapi, hujan menahanku untuk bertahan sementara disini. Sembari hujan, aku melamun. Bagaimana jika aku bercanda denganmu, bertukar pendapat serius dengan cara tidak serius, bercerita tentang hal-hal yang tak penting, melempar beberapa candaan garing yang entah mengapa kita tertawakan.
Petir menyadarkanku, menghancurkan lamunan-lamunan tentang kita.
Ada hal yang menurutku baru. Entah mengapa ketika aku mendengar kata:pulang, ada kamu dalam pikiranku. Tak hanya rumah, tapi kamu, Atala.
Atala, kita belum berjalan. Jangan pernah menyimpulkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Tak apa sekali-duakali kamu mengikuti ego pemikiranmu. Tapi, kumohon, Atala, jangan. Aku tak bilang jika yang kamu pikirkan salah. Mungkin, terlalu dini.
Atala, waktu yang akan mengolah. Aku ingin mendengar kamu berbicara padaku. Bercerita tentang apapun. Apapun, Atala. Hal-hal yang menyebalkan, mengegangkan, menenangkan. Sekali lagi, apapun.
Seperti kata Cholil Mahmud:saling bercerita tak perlu memuji, tak perlu ucapkan maaf tapi saling mengerti.
Atau bahkan hanya dengan berpegangan tangan dalam sepi, sudah tau maksud isi hati. Aku tahu ini klise.
Atala, sepi itu indah, percayalah.
Tapi, memang kita tidak tahu apa-apa tentang masa depan, bukan.
Aku pulang, Atala, tapi aku tak menemukanmu di rumah.(csw)
Menu
Popular Posts
-
Belakangan ini film superhero marak di layar lebar. Dari yang emang udah terkenal dari sononya kayak Superman sampai geng superhero...
-
Hari ini hari ketujuh ramadhan atau tepat seminggu puasa. Menurut Fadhâil Al-Asyhur Ats-Tsalâtsah yang di tulis oleh Syeikh Muhammad bin A...
-
seperti bunga dia tumbuh dari kecil hingga dewasa seperti bunga dia tidak berkompetisi dengan bunga lain melainkan seperti bunga dia mekar d...
0 komentar:
Posting Komentar