Jumat, 05 Mei 2023

Malam dan Kenangan

Malam ini terlalu rusuh untuk aku lewatkan sendirian. Jadi, mari kita lanjutkan perbincangan kita waktu itu. Oh, bukan, akan aku lanjutkan tulisan-tulisan antah berantahku.

Sore tadi, aku melihat sebuah gambar di suatu platform digital. Gambar itu tak ada sangkut pautnya denganku. Tapi, tak tau darimana datangnya, ada perasaan yang tiba-tiba kembali menyeretku ke pojokan kamar.

Lorong waktu kembali memanjang. Kenangan di dinding lorong yang tertempel acak dan sudah berdebu, tanpa sadar, aku ambil dan ku bersihkan.

Dan, bajingan memang tentang kenangan. Diharapkan atau tak diharapkan, kenangan akan datang kembali lalu memelukmu dengan segala durinya.

Dan, sore tadi pula, aku juga tahu. Kata-kata mu sudah bukan lagi tentang aku.

Menyedihkan, dan aku sangat sedih.
Patah.

Lalu, aku berucap lirih, "lekas sembuh rasa memiliki, tidurlah. Esok pagi banyak hal yang harus kau lepaskan."











Dan, jika kamu ingin, putarlah semua lagu milik Gardika Gigih, aku ada di dalamnya. Atau, terserah kamu, lagu-lagu yang tak ku kenal namun ada aku di sana.

Atau

Malah

Kau tak akan pernah memutarnya lagi.

Rabu, 01 Maret 2023

I Fucked up My Life, as Usual

Apa perasaanmu ketika kamu sudah merasa mengorbakan segalanya tapi hasilnya hancur?

Belakangan ini aku merasa semuanya hancur. Mencoba untuk melawan takdir, merasa mampu mengubah segalanya. Menolak beberapa tawaran kerja demi mewujudkan mimpi-mimpi halusinasi.

This phase of life is killing me. Suicidal idea come to surface again. Fuck!!!

Everything just seems didn't work out. I put my effort to my new career path. 

I got chance. Twice. But i fucked up both.

Or maybe i just do not put my 100% on those.

Oh God.

Aku putusin untuk switch career. Aku putusin aku punya punya pinjaman. Menolak beberapa tawaran kerja untuk jadi newbie di career yg baru. Lamar kerjaan sana-sini. But, yeah...

Aku putusin untuk mencoba menyukai seseorang lagi. Seorang perempuan yang bahkan kami belum pernah ketemu. She didn't even know that i exist, and seems like that she already got a new man. But why my heart feel shattered again?

My head is so heavy right now.

God, do you hear my pray? Do you know what i feel now? Do you know what i need now? Do you know what i want the most?

Oh, sorry. I remember that i never get what i want the most, but why you made this feeling grow in my heart?

Was those things are not enough? You want to torture me more?

Please, God, enough. I want to be happy. Cheerish my life. Enjoying everything that happend every day.

Why

Why

Why i keep pointing at you? blaming everything on You? Or i get too much expected to You?

Are you there God?

Oh! I fucked up my life again, as usual!



Selasa, 18 Februari 2020

Tidak Ada Natal Tahun Ini

Ada dua teman SD ku, seingatku ada dua, atau lebih, aku tak terlalu ingat.

Satu perempuan, namanya Amelia, aku memanggilnya Mila. Sudah lama aku tak mendegar kabarnya. Aku juga sudah tak menemui ketika aku ke warungnya. Ibunya penjual Sate Gule terenak menurutku. Sekarang, yang berjualan sudah bukan ibunya, tapi anak dari ibunya. Aku tak tahu apa hubungannya dengan Mila. Apa tante, budhe, bulek. Kurang paham.

Walaupun begitu, aku juga tak pernah terpikirkan untuk berbincang tentang Mila. Biarlah dia dengan kehidupannya. Semoga dia masih hidup.

Yang satu lagi, laki-laki. Namanya Jonathan, sering kupanggil Nathan. Dia jagoan, badannya putih, lebih tinggi dariku, Dia keluar sekolah ketika kenaikan ke kelas lima, kalau aku tak salah ingat. Dia pindah sekolah. Terakhir ketemu, beberapa tahun lalu, dia sedang nongkrong di warung depan rumahku. Tak sempat ngobrol, hanya menyapa, dan dia punya tatto di lengan kirinya. Bagus tattonya.

Hal yang aku ingat tentang dia adalah aku pernah meludah di matanya. Entah apa masalahnya, ketika di kelas, bercanda, dan dia meludah kena wajahku, entah sengaja atau tidak. Lalu langsung aku balas, asal meludah saja. Ternyata kena matanya. Sebenarnya aku takut reaksinya, apa dia akan ngajak duel, atau hanya memukul. Ternyata dia hanya bilang "Lho, lhakok kenek moto, ayo terno aku ndek jeding". Sambil tangannya ada dibawah mata seperti orang jijik dan sedikit tertawa getir.

Ketika smp aku tak punya teman nasrani, ya karena aku dulu sekolah islami. MTs lebih tepatnya. Kalau SMA, heterogen sebenarnya, tapi pembagian kelasnya. Aku dapat kela yang homogen, sedangkan kelas yang heterogen hanya ada dua kelas di angkatanku. Satu kelas untuk jurusan MIPA, Satu kelas untuk jurusan IIS.

Seingatku, aku hanya punya sedikit teman yang beragama nasrani. Kalau aku tak salah hitung, aku hanya punya tujuh. Lima teman ketika kuliah, dan dua lagi teman SD. Aku sebenarnya tak yakin dengan hitunganku, tapi biarlah, merekapun juga tak membaca ini.

Aku juga tidak terlalu dekat dengan mereka.

Di tahun-tahun sebelumnya, aku selalu memberikan ucapan selamat natal ke mereka. Lebih tepatnya, ke teman-kuliah-perempuan-nasrani ku. Ada satu laki-laki tak ku beri ucapan ya karna gamau. Ya walaupun cuma lewat pesan text. 

Aku sendiri juga tidak tahu, apakah ucapan dariku ada efek untuk mereka. Atau ya mereka hanya menganggap basa-basi. Apa malah hal yang tak harus dilakukan. Entahlah, itu hak mereka.




Sabtu, 02 Maret 2019

Postingan Khusus:Tentang Kamu, dan Untuk Kamu. (II)

"Aku ingin membangunkan seorang perempuan dari tidurnya. Aku ingin membuatkan minuman. Aku ingin membunyikan musik yang membuatnya tersenyum. Aku ingin membacakan puisi-puisi pendek, Aku ingin membisikkan kata-kata sederhana. Aku ingin berterus terang tentang masa laluku. Aku ingin ia menerimaku bukan karena cerita-cerita bodohku. Bukan karena mereka terlena oleh kalimat-kalimat yang kupilin dan kupintal. Itu bukan aku. Itu bukan aku. Itu bukan aku.

Aku ingin mereka menyadari bahwa aku seseorang yang iseng menuliskan sesuatu, dan sialnya banyak orang yang beranggapan aku serius dan hebat. Mereka tertipu oleh sesuatu yang bahkan tidak terbersit sedikitpun dalam niatanku."
 -Puthut EA- dalam bukunya "Cinta Tak Pernah Tepat Waktu".

Bentar.

Bentar.

Kamu baca kalimat pertama, kan?

Ya, itulah mengapa aku dulu tiba-tiba meminta temanmu untuk mencarimu dan memanggilmu. Aku ingin kamu mengetahui tentang masa laluku yang juga beresiko kamu salah pahami. Entahlah, aku bukan cenayang yang tahu bagaimana perasaanmu waktu itu ketika membaca tulisanku untuk seseorang.

Aku ingin kamu tahu masa laluku bukan karna aku ingin membanding-bandingkannya. Bukan. Ya, masa laluku perlu kamu ketahui karena kamu masa depanku.

Aku ingin kamu tahu aku lebih dari sekedar mengira-mengira, aku ingin ngobrol. Saling bercerita.

Kamu ingatkan sebelum kamu datang aku hanya menunduk? karena aku menyiapkan nyali untuk menatap wajahmu. Tapi, ketika kamu datang ternyata aku biasa saja. Aku bisa mengendalikan diriku agar tidak blank di depan mu. Tidak,di depanmu, tapi, di sampingmu ketika itu.

Tapi kamu tahu setelah pertemuan apa dampaknya bagiku? HAHA.

Aku lupa apa yang kita obrolkan. 

Aku ingin kamu tahu kekuranganku. Dan, aku ingin kamu menjadi kelebihanku.

Ah.

Bodo amat, terusin besok. Soalnya, Arsenal tadi gagal menang lawan Ayam tiren, BEDEBAH!

(csw)



Kamis, 27 Desember 2018

Beberapa Jam Setelah Kamu Pergi

Aku menulis ini di sebuah warung kopi samping rumah. Di meja ada segelas kecil Espresso Shot dengan secangkir wedhang kopi Lampung dan ditemani seorang pecundang, sama seperti diriku.

***

Tentang sebuah emosi yang labil. Kamu masih sama, konsisten dengan inkonsistensi. Tiba-tiba saja bisa menghilang kapanpun, dan tiba-tiba bisa datang dengan sebuah lagu.

Tentang pengenalan dan pendekatan diri dengan Tuhan. Aku tak bisa memaksa mu untuk mengenal Tuhan dengan caraku. Aku juga tak bisa memaksamu untuk terus bersamaku, karena kamu, yang pasti, milik-Nya.

Tentang hujan dan mantel warna kuning.

Tentang cerita dan teka-teki di dalamnya.

Kucing, musikalisasi puisi, sebuah pertemuan, sebuah percakapan, perjalanan pulang, gelas reaksi, sekolah, tulisan-tulisanku, bunyi pianomu, pipi dan keningmu, suaramu, ketidak-pastian tentang masa depan.

Mencintaimu adalah rentetan penyadaran tentang menata mimpi-mimpi baru.

Kamu satu yang sekarang dan akan tetap paling kubanggakan.

***

Aku pikir, suatu saat, jika kita memang benar-benar menikah, kita akan menjadi orang tua yang biasa saja.

Kamis, 03 Mei 2018

Beberapa Jam Setelah Kamu Mendekat

Aku menulis ini di tengah-tengah gelapnya kamar kos dengan dengkuran teman yang menggema. Jemariku meraba alfabet di keyboard yang berulang kali harus kuhapus karena typo.


Tentang penantian dan kesabaran yang tak selalu membuahkan hasil. Kadang, hasil tak sama seperti yang diharapkan, kadang melebihi, lebih sering mengecewakan.

Tentang pesan whatsapp yang kamu kirimkan tiba-tiba. Mencari cara seolah-olah aku tak bisa menebak bahwa itu kamu.

Malam itu, aku rasa hubungan kita akan membaik. Mulai membicarakan hal-hal yang tak penting lagi.

Aku memiliki banyak kekurangan, maka kamulah yang akan menjadi kelebihanku,

Mencintaimu kurasa, menjadikan kening mu letak jejak bibirku, menahan pipi mu basah oleh air mata.

Aku ingin berhenti memujimu lewat kata-kata yang tak kau sukai, tapi matamu berhasil menyeretku, dan tingkahmu menyihir saraf senyumku.

Aku tak ingin tidur malam itu.


Keesokan paginya, ketika temanku hendak berangkat, dia tergopoh kembali ke kamar. Kepalanya dijulurkan lewat jendela, "Can, motormu mana?" Katanya terengah.

Motorku hilang.

Jumat, 02 Maret 2018

Obat dan Makan

Hi, Atala.

Kemarin, aku sudah bercerita padamu tentang kenelangsaanku akhir-akhir ini. Entahlah, aku tak tahu apa yang kamu rasakan.

Tapi, ternyata tidak sampai disitu, Atala. Kenelangsaanku belum selesai. Sudikah kamu meluangkan waktumu untuk membacai suratku?

Ahh, lancang sekali aku, Atala. Tak menanyai kabarmu di awal suratku. Malah ku todong kau dengan kabarku. Kiranya kabar mu selalu lebih baik dari aku. Kabarku? Dua baris di atas mungkin belum selesai.

Atala, akhir-akhir ini aku jarang masuk kelas. Bukan karena aku malas. Bukan. Tapi, karena buntut masalah yang sudah aku ceritakan padamu waktu lalu.

Selama aku mengurusi hal itu, aku juga harus menahan sakit di telinga ku. Iya, telingaku tak dapat mendengar. Apa? Kamu tanya apa aku tak ke dokter?

Sudah, Atala, sudah. Aku rela sehari-semalam menempuh jarak 200 km untuk mengobati telinga ku. Iya, aku pulang lalu hari itu juga aku harus balik ke surabaya. Dua kali bahkan.

Tak hanya punggungku yang lesu, ada yang lebih lesu. Hati, Atala. Iya, aku harus menahan amarahku pada dokter. Aku berobat dua kali, meninggalkan semua urusanku di surabaya, tapi tak ada perkembangan ke arah sembuh. Dua kali aku ke dokter yang sama, dua kali juga aku di beri obat yang sama, dan hasilnya nihil.

Jika saja, Atala, di tengah-tengah kepulanganku aku bisa melihatmu barang semenit dua. Semua kesal ku pasti akan menguap. Iya, Atala. Jika saja.


Dan, hari ini, Atala, aku putuskan untuk langsung ke Dokter Spesialis. Meski aku tahu aku harus mengorbankan sebagian, bukan, bukan sebagian, tapi banyak. Aku harus mengorbankan banyak uangku untuk berobat.

Kamu tanya berapa biayanya, Atala? Untuk menebus obatnya saja itu sama dengan biaya makan ku di sini selama seminggu. Iya, seminggu, Atala.

Tapi, tak apalah, itu sepadan dengan perlakuan Dokter Spesialis. Kamu tahu, Atala, telinga ku tadi di "irigasi". Aku baru tahu telinga bisa di "irigasi". Aku kira istilah itu hanya untuk pertanian. Bodohnya aku.

Tapi, apa yang menyebalkan dari semua ini. Adalah aku harus mengonsumsi obat tiga kali sehari. Itu sama saja aku harus makan tiga kali sehari. Bukan. Bukan karena aku sedang diet. Tapi, aku harus bangun pagi dan berjalan keluar untuk cari makanan sehat juga aku harus beli makan tiga kali dalam sehari yang berarti aku juga harus mengeluarkan uang lebih dari dompetku. Biasanya aku hanya makan dua kali dalam sehari, Atala.

Kamu tak usah risau masalah makan. Makanlah sesukamu, tak usah kamu pusingkan perihal pipimu yang semakin menggembung. Tak masalah bagiku, Atala.

Banyak wanita yang merasa cantik itu harus berkulit putih, rambut lurus, dan badan kurus. Tidak, Atala, iklanlah yang membuat standard seperti itu. Dan, mereka korban iklan. Aku yakin kau tidak bagian dari mereka.

Ngomong-ngomong, Atala, kamu tadi siang makan dengan siapa? (scw)
Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts