Kamis, 28 Januari 2016

2015 Tahun Yang...

Yak, mungkin ini bisa di anggap review dari tahun kemarin. Mungkin agak telat, nggak, masih belum. Saya akan curhat bercerita tentang apa aja yang saya lakukin, dapetin, rasain, dan lain lain. Nggak detail, cuman apa yang paling berkesan buat saya, entah itu senang ato sedih.

Okee, langsung aja.

Mulai dari mana ya? Oh, dari sini aja.

Di tahun 2015 adalah tahun keemasan bersejarah bagi tim futsal sekolah saya, khususnya tim saya. Ada beberapa kejuaraan yang saya pesimis tapi dapat hasil yang memuaskan. Yang paling berkesan adalah ketika mampu menghantarkan Tim futsal sekolah dapet juara 2 di PRADA CUP. Yak, cuman juara 2, tapi ini sungguh jauh dari ekspetasi saya sebelumnya yang saya nggak yakin 100% bisa tembus babak 8 besar. Mungkin ini karena keberuntungan, sangat mungkin. Nggak, nggak cuman keberuntungan semata, ini juga karena kerja keras-kompak dari teman se-tim.

Bukan karna pesimis saya jadi menyerah, tapi karna pesimis itu saya berusaha lebih keras dari sebelumnnya.

Sebelum hari-h, semua temen satu tim dapet sms dari kapten, yang isinya, "pokoknya kita harus bisa berjalan tegap ketika pulang, nggak nunduk".  Nggak tau juga apa karena faktor itu juga kita bisa kompak.

Juga tim dari kakak kelas mampu meraih Juara 1 dalam kompetisi yang diadain sekolah. Ini baru pertama kali dapet juara 1 selama kurang lebih 5 tahunan penantian.

Di tahun 2015 juga saya sama rombongan sekolah pergi SKAL ke Bali. Ini pernah saya ceritain secara singkat di Sini. Pengalaman ini nggak akan pernah saya lupain, bukan karena tempatnya, karena kebersamaan nya. Kenapa? Kebersamaan nya priceless banget.

Kalo tempatnya saya bisa kesana sendirian, dan mungkin akan biasa aja. Tapi, kalo bareng sama temen pasti dimanapun tempat itu akan kerasa spesial. Bener nggak sih?

Yak, di tahun kemarin juga saya putusin untuk berhenti ngirimin surat buat Atala. Udah saya bulatin tekad untuk move on dari dia. Kenapa? baca postingan sebelumnya. Buat kalian yang tanya Atala itu nyata ato nggak, dia nyata, senyata cintaku pada, ah, baper. Tapi, kalo dia nyapa kan jadi bimbang move on nye.

Trus, saya coba untuk nyari yang lain, tapi nggak dapet.

Ah.

Tapi, tiba-tiba, di penghujung tahun, saya kenal sama seorang cewek. Eh, nggak deng, udah kenal lama, tapi baru berani chat, itu juga dia duluan, saya mah nggak berani, cupu.

Mungkin kita ceritanya sama, susah move on. Nggak tau chatting an aja ngalir gitu. Ketika saya udah putusin untuk lebih serius, tiba-tiba dia, nggak tau kemana. Bukan hilang, entah puter balik atau pindah haluan juga nggak tahu saya.

Tapi, saya belum memiliki tapi sudah merasa kehilangan.

Padahal kalo kita kehilangankan harus sesuatu yang sudah kita miliki. Tak apa lah.


Yak, intinya, nggak tau cerita saya ber inti ato nggak. Pokoknya jangan sombong, jangan merasa kita punya rencana. (csw)






Sabtu, 02 Januari 2016

Belajar Jadi Wartawan

Setiap manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu. Tapi, tidak semua manusia berani bertanya.

Yap. Wartawan.

Wartawan adalah seseorang melakukan jurnalisme atau orang yang menulis suatu berita/artikel  dan dimuat di media massa. Dalam proses mencari materi berita, wartawan sering bertemu langsung narasumber untuk menanyakan hal terkait.

Jadi, Wartawan adalah manusia yang berani bertanya.

For your information, wartawan yang baik adalah wartawan yang mengerti kesehariaan, kebiasaan, kesukaan, hobi, dan hal yang menyangkut pribadi narasumber. Apa yang patut ditanyakan dan yang tidak patut.

Menjadi wartawan tidak semudah yang kalian bayangkan. Tidak selalu lancar. Wartawan bertanya, narasumber menjawab. Tidak.

Kadang ketika wartawan bertanya terjadi kesalah pahaman dengan narasumber. Lalu, sang narasumber menjadi merasa terganggu, dan wartawan pun takut untuk menjelaskan.

Kadang ketika wartawan bertanya hanya dijawab dengan jawaban pendek. Ini kadang menjadikan wartawan enggan untuk bertanya lagi.

Tapi,
wartawan bisa menjadi sangat senang jika sang narasumber menjadi atraktif. Ketika ditanya, malah cerita panjang lebar. Lebih-lebih kalo ditanya balik.

Tapi,
akan menjadi mebingungkan apabila yang awalnya atraktif tiba-tiba, eh, bukan tiba-tiba. Lambat laun menjadi cuek. Bukan cuek sih, tapi kayak kurang tertarik dengan lawan bicara.



Hah.

Those things are similar with what mens are felling when they 'PDKT'. Seperti yang sekarang Saya rasakan.

Kalo di jawab pendek, kadang saya merasa takut kalo saya ngganggu dia.
Kalo dia awalnya atraktif terus tiba-tiba cuek, saya takut kalo ada sesuatu yang saya lakukan atau katakan yang membuat dia tidak nyaman. Tapi saya tidak tahu bagian yang mana.

Terus, saya harus gimana?

Intinya, wartawan adalah orang yang selalu bertanya dengan menanggung beban harapan sekaligus malu dengan segala konsekuensi dan sangat jarang ditanya balik

Dan, nampak nampaknya saya tidak tertarik untuk menjadi wartawan.(csw)






Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts