Rabu, 19 Juli 2017

Sekarang

Hai, Atala.

Apa kabarmu, Atala? Aku pikir kau lebih baik, seharusnya. Sudah lama aku tak menyapamu. Lama. Lama sekali. Meskipun sekarang ada sosial media, aku juga tak berkirim pesan denganmu. Mungkin, aku beranggapan:semakin dekat kita di dunia maya, semakin jauh kita di dunia nyata.

Entahlah, yang fana itu waktu, kita abadi. Kata Pak Sapardi.

Aku ingin bercerita banyak, Atala, Sampai-sampai aku bingung harus mulai darimana. Tidak, tidak. Aku sudah tidak berharap suatu hari suratku kamu balas. Surat ini sampai padamu aku sudah merasa cukup.

Kau tahu, Atala, aku menyadari apa akhir-akhir ini? Aku menjebak diriku sendiri. Aku merasa seakan aku sendiri yang membuat diriku sekarang. Bukan waktu, bukan orang lain, bukan keadaan. Tapi diriku sendiri.

Rumit. Pesimis. Anarkis. Imoralis. Egois. Tak bersyukur. Mudah naik pitam.

Kau, Atala, jika melihat aku sekarang, pasti kau akan membenciku. Sama denganku.

Atala, pernahkah kamu menangis di sepertiga malammu karena seseorang?
Pernahkah kamu, Atala, menangis di sepertiga malammu karena dirimu sendiri?

Aku sering. Dua-duanya.

Hal yang sudah hilang dari diriku adalah: bermimpi tinggi, berpikiran sederhana. Hilang, Atala. Hilang.

Sudahlah.

Atala, Apakah kamu masih seperti dulu? (csw)




Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts