Kamis, 24 Maret 2016

Perasaan Dibalik Euforia



Alhamdulillah.

Menang dan  juara. Umumnya yang di rasakan adalah kebanggaan, senang, kepuasan, ah, banyak.

Tapi, yang saya rasakan sedikit berbeda. Memang saya merasakan senang, bangga. Tapi tidak berlangsung lama. Ada rasa senang di barengi dengan kecemasan, ada rasa bangga di sejajari dengan ketakutan.

Kecemasan waktu dekat, saya harus kembali ke rutinitas semula. Bukan cemas, males. Ketika saya (terpaksa) menjalani hari dengan rutinitas menjemukan dan tiba tiba ada rutinitas yang menyenangkan, bisa di nikmati, baru beberapa hari saja. Dan, saya harus kembali kerutinitas tersebut.  *wtf.

Hah.

Tapi, kecemasan saya sebenarnya.
Karena, beberapa hari lagi kami (Insya Allah) akan lulus sekolah, dan saya yakin, kami akan sulit untuk hanya sekedar main futsal bareng lagi.

Dan saya yakin kalian berfikir ini hal biasa. Hal lumrah. Kalian menganggap ini tak ada artinya tapi bagi saya ini tak ternilai harganya.

Sepertinya, setiap bangun dari tidur siang saya, saya akan selalu terduduk dan berangan-berangan: akan jadi apa saya? Karena saya yakin mereka teman setim saya akan menjadi orang hebat, entah itu dalam dunia futsal, olahraga, atau menurut jalan yang mereka ambil.

Sebenarnya, yang saya cemaskan bukan hanya sulit untuk main futsal, juga kebersamaan di luar lapangan. Yak, siapa yang mengira kalo kami sering nongkrong untuk ngobrolin hal hal yang nggak penting sampai larut. Meski hanya di trotoar jalan. Serius. Bisa sampai belasan anak, seru.

Pcct.

Tapi, ada berkah untuk teman saya. Teman saya yang beberapa kali “nggebet” anak dan nggak dapat-dapat, akhirnya ada juga yang (hampir) mau dengan dia. Moga aja anak itu sadarnya lama, biar mereka deket dulu.

Juga  buat saya, ah, kayaknya nggak sih.(csw)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Recent Posts