Alhamdulillah.
Menang dan juara.
Umumnya yang di rasakan adalah kebanggaan, senang, kepuasan, ah, banyak.
Tapi, yang saya rasakan sedikit berbeda. Memang saya
merasakan senang, bangga. Tapi tidak berlangsung lama. Ada rasa senang di barengi
dengan kecemasan, ada rasa bangga di sejajari dengan ketakutan.
Kecemasan waktu dekat, saya harus kembali ke rutinitas
semula. Bukan cemas, males. Ketika saya (terpaksa) menjalani hari dengan
rutinitas menjemukan dan tiba tiba ada rutinitas yang menyenangkan, bisa di
nikmati, baru beberapa hari saja. Dan, saya harus kembali kerutinitas
tersebut. *wtf.
Hah.
Tapi, kecemasan saya sebenarnya.
Karena, beberapa hari lagi kami (Insya Allah) akan lulus
sekolah, dan saya yakin, kami akan sulit untuk hanya sekedar main futsal bareng
lagi.
Dan saya yakin kalian berfikir ini hal biasa. Hal lumrah. Kalian menganggap ini tak ada artinya tapi bagi saya ini tak ternilai
harganya.
Sepertinya, setiap bangun dari tidur siang saya, saya akan
selalu terduduk dan berangan-berangan: akan jadi apa saya? Karena saya yakin
mereka teman setim saya akan menjadi orang hebat, entah itu dalam dunia futsal,
olahraga, atau menurut jalan yang mereka ambil.
Sebenarnya, yang saya cemaskan bukan hanya sulit untuk main
futsal, juga kebersamaan di luar lapangan. Yak, siapa yang mengira kalo kami
sering nongkrong untuk ngobrolin hal hal yang nggak penting sampai larut. Meski
hanya di trotoar jalan. Serius. Bisa sampai belasan anak, seru.
Pcct.
Tapi, ada berkah untuk teman saya. Teman saya yang beberapa
kali “nggebet” anak dan nggak dapat-dapat, akhirnya ada juga yang (hampir) mau
dengan dia. Moga aja anak itu sadarnya lama, biar mereka deket dulu.
Juga buat saya, ah,
kayaknya nggak sih.(csw)
0 komentar:
Posting Komentar