Ada dua teman SD ku, seingatku ada dua, atau lebih, aku tak terlalu ingat.
Satu perempuan, namanya Amelia, aku memanggilnya Mila. Sudah lama aku tak mendegar kabarnya. Aku juga sudah tak menemui ketika aku ke warungnya. Ibunya penjual Sate Gule terenak menurutku. Sekarang, yang berjualan sudah bukan ibunya, tapi anak dari ibunya. Aku tak tahu apa hubungannya dengan Mila. Apa tante, budhe, bulek. Kurang paham.
Walaupun begitu, aku juga tak pernah terpikirkan untuk berbincang tentang Mila. Biarlah dia dengan kehidupannya. Semoga dia masih hidup.
Yang satu lagi, laki-laki. Namanya Jonathan, sering kupanggil Nathan. Dia jagoan, badannya putih, lebih tinggi dariku, Dia keluar sekolah ketika kenaikan ke kelas lima, kalau aku tak salah ingat. Dia pindah sekolah. Terakhir ketemu, beberapa tahun lalu, dia sedang nongkrong di warung depan rumahku. Tak sempat ngobrol, hanya menyapa, dan dia punya tatto di lengan kirinya. Bagus tattonya.
Hal yang aku ingat tentang dia adalah aku pernah meludah di matanya. Entah apa masalahnya, ketika di kelas, bercanda, dan dia meludah kena wajahku, entah sengaja atau tidak. Lalu langsung aku balas, asal meludah saja. Ternyata kena matanya. Sebenarnya aku takut reaksinya, apa dia akan ngajak duel, atau hanya memukul. Ternyata dia hanya bilang "Lho, lhakok kenek moto, ayo terno aku ndek jeding". Sambil tangannya ada dibawah mata seperti orang jijik dan sedikit tertawa getir.
Ketika smp aku tak punya teman nasrani, ya karena aku dulu sekolah islami. MTs lebih tepatnya. Kalau SMA, heterogen sebenarnya, tapi pembagian kelasnya. Aku dapat kela yang homogen, sedangkan kelas yang heterogen hanya ada dua kelas di angkatanku. Satu kelas untuk jurusan MIPA, Satu kelas untuk jurusan IIS.
Seingatku, aku hanya punya sedikit teman yang beragama nasrani. Kalau aku tak salah hitung, aku hanya punya tujuh. Lima teman ketika kuliah, dan dua lagi teman SD. Aku sebenarnya tak yakin dengan hitunganku, tapi biarlah, merekapun juga tak membaca ini.
Aku juga tidak terlalu dekat dengan mereka.
Di tahun-tahun sebelumnya, aku selalu memberikan ucapan selamat natal ke mereka. Lebih tepatnya, ke teman-kuliah-perempuan-nasrani ku. Ada satu laki-laki tak ku beri ucapan ya karna gamau. Ya walaupun cuma lewat pesan text.
Aku sendiri juga tidak tahu, apakah ucapan dariku ada efek untuk mereka. Atau ya mereka hanya menganggap basa-basi. Apa malah hal yang tak harus dilakukan. Entahlah, itu hak mereka.
Satu perempuan, namanya Amelia, aku memanggilnya Mila. Sudah lama aku tak mendegar kabarnya. Aku juga sudah tak menemui ketika aku ke warungnya. Ibunya penjual Sate Gule terenak menurutku. Sekarang, yang berjualan sudah bukan ibunya, tapi anak dari ibunya. Aku tak tahu apa hubungannya dengan Mila. Apa tante, budhe, bulek. Kurang paham.
Walaupun begitu, aku juga tak pernah terpikirkan untuk berbincang tentang Mila. Biarlah dia dengan kehidupannya. Semoga dia masih hidup.
Yang satu lagi, laki-laki. Namanya Jonathan, sering kupanggil Nathan. Dia jagoan, badannya putih, lebih tinggi dariku, Dia keluar sekolah ketika kenaikan ke kelas lima, kalau aku tak salah ingat. Dia pindah sekolah. Terakhir ketemu, beberapa tahun lalu, dia sedang nongkrong di warung depan rumahku. Tak sempat ngobrol, hanya menyapa, dan dia punya tatto di lengan kirinya. Bagus tattonya.
Hal yang aku ingat tentang dia adalah aku pernah meludah di matanya. Entah apa masalahnya, ketika di kelas, bercanda, dan dia meludah kena wajahku, entah sengaja atau tidak. Lalu langsung aku balas, asal meludah saja. Ternyata kena matanya. Sebenarnya aku takut reaksinya, apa dia akan ngajak duel, atau hanya memukul. Ternyata dia hanya bilang "Lho, lhakok kenek moto, ayo terno aku ndek jeding". Sambil tangannya ada dibawah mata seperti orang jijik dan sedikit tertawa getir.
Ketika smp aku tak punya teman nasrani, ya karena aku dulu sekolah islami. MTs lebih tepatnya. Kalau SMA, heterogen sebenarnya, tapi pembagian kelasnya. Aku dapat kela yang homogen, sedangkan kelas yang heterogen hanya ada dua kelas di angkatanku. Satu kelas untuk jurusan MIPA, Satu kelas untuk jurusan IIS.
Seingatku, aku hanya punya sedikit teman yang beragama nasrani. Kalau aku tak salah hitung, aku hanya punya tujuh. Lima teman ketika kuliah, dan dua lagi teman SD. Aku sebenarnya tak yakin dengan hitunganku, tapi biarlah, merekapun juga tak membaca ini.
Aku juga tidak terlalu dekat dengan mereka.
Di tahun-tahun sebelumnya, aku selalu memberikan ucapan selamat natal ke mereka. Lebih tepatnya, ke teman-kuliah-perempuan-nasrani ku. Ada satu laki-laki tak ku beri ucapan ya karna gamau. Ya walaupun cuma lewat pesan text.
Aku sendiri juga tidak tahu, apakah ucapan dariku ada efek untuk mereka. Atau ya mereka hanya menganggap basa-basi. Apa malah hal yang tak harus dilakukan. Entahlah, itu hak mereka.