Belakangan ini film superhero marak di layar lebar. Dari yang
emang udah terkenal dari sononya
kayak Superman sampai geng superhero
baru macam Guardians of the Galaxy. Anak-anak Indonesia pun tak
diherankan mulai menggandrungi superhero macam itu. Well, sebenernya
anak angkutan berapapun pasti punya anutan superhero sih. Gak ada yang
salah dengan itu.
Apa yang mau saya bicarakan sekarang
adalah sebenernya gak perlu jauh-jauh deh nyari sosok yang diidolain. Di
Indonesia juga banyak kok. Gak ada hubungannya dengan
nasionalisme sih, cuma pengen ngingetin bahwa banyak pahlawan asli
Indonesia yang beneran bertarung gak kalah keren dari pahlawan super
imajinasi orang Amerika.
1. Kapitan Pattimura
Kalo
Amerika punya Captain America jangan minder! Indonesia punya Kapitan
Pattimura. Pahlawan asal Maluku ini bisa dibilang salah satu pahlawan
nasional yang terkenal. Semua ini berkat mukanya yang ditaruh di uang
seribu rupiah.
Tapi, tahukah kamu cerita kehebatan Pattimura?
Pattimura
bernama asli Thomas Matulessy. Thomas kecil hidup di bawah penjajahan
VOC yang menjadi-jadi. Maluku yang dikenal sebagai surganya
rempah-rempah tentu mengundang penjajah untuk merampok daerahnya. Muak
akan keadaan ini, dia pun tumbuh jadi sosok yang berjanji akan balas
dendam dan merebut kembali kemerdekaan daerahnya.
Di umur 20
tahun, di saat kamu-kamu masih sibuk ngegalauin cewek orang lain,
Pattimura udah ikutan Korps Batalyon 500 yang dibentuk oleh Inggris
untuk melatih pemuda Maluku berperang. Ceritanya sih, pada saat itu
Inggris udah berhasil ngalahin Belanda gitu. Dengan semangat
berkobar-kobar nih, Pattimura pun berlatih dengan giat. Seperti yang
udah kamu duga, yeah Pattimura dapet peringkat paling tinggi di antara
yang lainnya. Malah, doi langsung diangkat jadi sersan mayor dan kepala
regu untuk angkatannya.
Eh gak taunya, belum lama doi menjabat,
Inggris udah harus nyerahin kekuasaan pada Belanda. Belanda sendiri gak
mau ngelanjutin proyekan Korp Batalyon 500 dengan ngebayar denda. Nah,
di sini lah Inggris maenin strateginya. Sebelum mereka cabut, mereka
ngasih kebebasan buat para pemuda Maluku untuk kerja paksa. Pas Belanda
balik lagi berusaha nerapin kerja paksa, tentu aja rakyat Maluku gak
terima.
Satu momen sejarah yang penting adalah ketika Gubernur
Maluku menyerukan: “Dalam jangka waktu tiga bulan semua bekas prajurit
Inggris, penganggur dan orang asing tanpa pekerjaan atau tanpa surat
keterangan dari kepala negeri harus mencari pekerjaan di kota Ambon atau
masuk tentara Belanda atau pulang ke negeri masing-masing. Jika tidak
mereka akan ditangkap dan diangkut ke Banda untuk dipekerjakan di
kebun-kebun pala.”
4 April 1817, Thomas Matulessy a.k.a Pattimura
pun menggalang kekuatan dengan ngumpulin temen-temennya di satuan yang
terdahulu. Mereka ini ditugasin olehnya untuk mengabarkan ke seluruh
rakyat Maluku rencana pemberontakan yang akan mereka lakukan.
Setelah
pertemuan dengan banyak elemen rakyat Maluku, Matulessy pun mengusulkan
agar dipilih pemimpin perang. Gak pake basa-basi, doi sendiri langsung
mengusulkan diri untuk menjadi pangalu perang. Tapi, harus di tes dulu
dong ya. Matulessy membentangkan dada dan menyuruh salah seorang dari
yang hadir untuk menikamnya. Seorang kapitan maju membawa tombak dan
dengan sekuat tenaga menombak dadanya Pattimura! Apakah yang terjadi?
Tombak itu patah jadi dua!
Saya ulangi!
Ya, TOMBAK ITU PATAH JADI DUA!
Segitu saktinya Pattimura, sampai semua orang setuju untuk memilih dia sebagai pemimpin perang.
Dengan
modal peperangan yang seadanya, Pattimura dan gengnya langsung merebut
Benteng Duurstede dalam beberapa jam saja! Beberapa hari kemudian,
ekspedisi Belanda yang ditugasin buat nyerang mereka juga bisa
dikalahin. Canggih ye. 250 orang dikabarkan terbunuh di peperangan itu,
dengan hanya satu orang disisain berenang di laut. Sereeem.
Sialnya,
kisah petualangan Pattimura gak berlangsung lama. Bulan November 1817
doi ditangkep. Satu hal yang menyedihkan adalah Belanda berkomplot
dengan Ternate untuk menumpas usaha kemerdekaan rakyat Maluku. Desember
1817, Pattimura dieksekusi.
Meskipun begitu, namanya tetap menjadi obor perjuangan rakyat Maluku yang tak pernah berhenti berontak dari penjajah setelahnya.
2. Sisingamangaraja XII
Pahlawan
kita selanjutnya adalah seorang raja. Raja Sisingamangaraja XII adalah
salah satu pahlawan ikonis yang namanya banyak diabadikan sebagai nama
jalan dan seperti Pattimura juga pernah muncul di duit seribu rupiah.
Oke, kamu tahu namanya! Kalo kisahnya? Nih Saya ceritain.
Ceritanya
nih, Belanda sudah berhasil menguasai berbagai tempat di daerah
Sumatera. Tapi, ada dua yang belum bisa ditaklukkan. Pertama, wilayah
Aceh. Dua, Tanah Batak. Mengerti apa yang sedang terjadi,
Sisingamangaraja XII langsung bergerak cepat dan menggandeng berbagai
elemen yang tinggal di Tanah Batak untuk mengadakan perlawanan.
Sedikit
latar belakang cerita, keberhasilan utama Sisingamangaraja XII adalah
betapa hebatnya dia bisa merangkul berbagai pihak, entah itu dari agama
yang berbeda ataupun suku-suku Batak yang begitu variatifnya.
Dimulai
dari tahun 1887, hingga tiga dasawarsa kemudian, Sisingamangaraja XII
terlibat dalam pertempuran dahsyat. Oh iya, kayak superhero,
Sisingamangaraja XII juga punya kekuatan utama nih yaitu kebal peluru!
Yak benar, kebal peluru! Keren yak.
Sebagai
seseorang yang punya banyak pengaruh, Sisingamangaraja XII terus
melakukan perang berpindah-pindah. Satu hal yang perlu diingat adalah
Belanda belum berhasil menancapkan kuku di Tanah Batak pada masa
kepemimpinannya. Jadi, tak ada Benteng. Alhasil yang bisa dilakukan
adalah terus memburu Sisingamangaraja XII kemanapun dia pergi. Jika,
sang raja kalah niscaya Tanah Batak pun mudah dicengkeram. Setelah terus
berhasil menemukan tempat bersembunyi, akhirnya sang raja jatuh juga.
17
Juni 1907, Sisingamangaraja XII tertembak setelah bertempur dalam jarak
dekat. Eh, tapi kan dia kebal peluru ! Nah, kayak Superman yang
hanya bisa dikalahkan dengan Kryptonite. Sisingamangaraja XII juga punya
kelemahan. Pantangannya adalah dia tak boleh terkena percikan darah.
Sayangnya di perang terakhir tersebut, Sisingamangaraja XII harus
menyaksikan putrinya Lopian terbunuh. Dalam suasana duka,
Sisingamangaraja XII memeluk putrinya yang berlumur darah. Kekuatannya
pun luntur dan Belanda berhasil mengalahkannya.
BONUS:
Setelah
kemerdekaan, Presiden Soekarno menghimbau rakyat Batak agar memindahkan
kuburan Sisingamangaraja XII dari Tarutung ke Balige. Nah, saat
pemindahannya, menurut Cicit Sisingamangaraja XII yang masih hidup,
prosesi pemindahannya dikawal angin puting beliung yang terus bergerak
melindungi. Mistis!
3. Fatahillah
Indonesia
dikenal sebagai negara maritim. Maka, semua kisah awal penjajahan
selalu berhubungan erat dengan masuknya penjajah lewat pelabuhan. Kalau
menilik sejarah, kehadiran Belanda di Indonesia justru tak langsung
berupa perang. Melainkan dimulai melalui perdagangan. Pahlawan kita yang
satu ini adalah pahlawan yang berperang di pelabuhan.
Dia adalah Fatahillah.
Kalau
kamu adalah orang Jakarta, kamu harus banyak berterima kasih pada
Fatahillah. Karena berkat usahanya memimpin perebutan Sunda Kelapa,
terbentuklah Jakarta yang kamu kenal sekarang.
Meski begitu,
dibandingkan pahlawan yang lain, cerita kepahlawanan Fatahillah banyak
simpang siurnya. Ada yang bilang kalau dia adalah Sunan Gunung Jati, ada
juga yang membatahnya dan berkata kalau dia adalah pemuda Aceh yang
menetap di Cirebon dan kemudian Demak, ada malah yang yakin kalau dia
berasal dari Gujarat, India.
Satu hal yang pasti, Fatahillah
terlibat dalam pertempuran Sunda Kelapa pada tahun 1527. Musuhnya adalah
Portugis. Sejak lama, Portugis telah berada di wilayah perairan Sunda
Kelapa karena potensi rempah-rempahnya yang mahsyur. Selain itu, wilayah
ini tergolong aman. Nah, usaha Portugis untuk lebih jauh menguasai
daerah ini terhambat oleh Fatahillah.
Sebenarnya, Sunda Kelapa
adalah bagian dari Pajajaran, Ibukota Kerajaan Sunda Galuh. Portugis
yang sering mondar-mandir di daerah itu melakukan perjanjian kepada
kerajaan ini untuk membangun benteng. Tujuan utamanya adalah untuk
melindungi Kerajaan Sunda Galuh dari ancaman Kerajaan lainnya. Demak,
yang dekat dengan Sunda Kelapa merasa harus segera menduduki daerah
tersebut.
Pada tahun 1526 berangkatlah armada perang yang dipimpin
Fatahillah. Tercatat ada 20 kapal dengan 1500 prajurit dikerahkan.
Tujuannya adalah merebut Sunda Kelapa. Peralatan perangnya sebenernya
gak secanggih Portugis. Paling banyak meriam yang ada cuma delapan, itu
pun hanya bisa untuk pertempuran jarak dekat. Tapi, Fatahillah pede aja
tuh.
Kekerenannya adalah Fatahillah tahu dengan modalnya yang
kurang meyakinkan, dia harus menguasai daerah lain yang juga dekat dari
situ. Maka, diseranglah Banten, yang tak terlalu diawasi oleh Pajajaran.
Setelah berhasil menaklukkan, dia pun merancang serangan untuk
mengantisipasi Portugis. Dengan bantuan Cirebon, pelan-pelan Fatahillah
dan pasukannya mengepung Pajajaran dari arah timur dan barat. Karena
lengah dan kurang pengalaman, Pajajaran kalah telak. Bagaikan film
kartun, Pajajaran sebenernya melakukan pengamanan dengan cara
menembakkan meriam. Tapi, semuanya meleset
Portugis
yang berpegang pada Perjanjian 1522 dengan Pajajaran awalnya masih
woles aja. Mereka tak membawa banyak kapal dan kehadirannya pun lebih ke
upaya diplomasi. Bukannya perang. Satu kapal ditugaskan lebih dulu
untuk mengamankan perjanjian. Eh tahunya, pemimpin Sunda Kelapa udah
baru dan kapal pertama itu pun naas karena harus diserang habis-habisan
tanpa perlawanan. Sial, bagi kapal lain, mereka dihadapkan pada dua
pilihan. Bertempur dengan Demak yang punya amunisi lebih hebat (Karena
telah merebut beberapa titik penting) atau balik dan menerjang badai.
Fatahillah menahan pasukannya untuk gak terpancing dengan siasat
Portugis yang menunggu di lautan luas. Dia dengan sabar menunggu
Portugis menyerang duluan dan menunggu di teluk. Alhasil, ketika satu
kapal terpancing emosinya, dengan mudah kapal itu dihancurkan. Entah
karena terlalu pengecut atau memang bodoh, kapal-kapal Portugis yang
tersisa memilih untuk menerjang badai, yang tentu saja berakhir buruk.
Geblek.
22 Juni 1527, Pertempuran Sunda Kelapa pun berakhir.
Sebagai simbol kemenangan, Fatahillah menamakan daerah tersebut sebagai
Jayakarta, yang berarti kemenangan yang sempurna. Kamu pun kemudian
mengenalnya sebagai Jakarta. Ibukota Indonesia.
4. Cut Nyak Dhien
Bukan
cuma laki-laki yang berperang. Buat kamu yang pejuang feminisme pasti
seneng kalo tahu bahwa Indonesia juga punya sejarah panjang akan
perempuan tangguh.
Satu yang paling dikenal adalah Cut Nyak Dhien. Ini kisahnya.
Jika
kamu rajin membaca sejarah Indonesia, pastilah tahu ada satu daerah
yang susah banget ditaklukin. Daerah itu adalah Aceh. Rakyat Aceh
termasuk golongan masyarakat yang gigih dan gak gampang dipecah belah.
Cut Nyak Dhien adalah salah satu figur yang mengobarkan semangat
perjuangan rakyat Aceh.
Meskipun dikenal karena turut turun tangan
langsung melawan penjajah Belanda di hutan-hutan Aceh, kekuatan utama
Cut Nyak Dhien sebenernya adalah pengaruhnya yang luas. Bayangin Bung
Karno versi perempuan. Sebagai perempuan berwajah cantik dan taat agama,
Cut Nyak Dhien geram melihat Belanda yang dengan semena-mena berusaha
merebut tanah kelahirannya.
Cut Nyak Dhien dikenal karena banyak
mengajar perempuan lainnya dalam hal mendidik bayi atau menanamkan
semangat jihad lewat syair-syair. Kutipannya yang terkenal adalah
berikut ini:
“Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat
kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita
begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?” - Ketika Belanda membakar Masjid Raya Baiturrahman (Belanda sebelumnya mengira mereka telah sampai di Istana)
“Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah “Shaheed,” - Kepada Anaknya Cut Gambang ketika Teuku Umar meninggal
Kehebatannya yang menginspirasi ini bahkan diakui oleh Belanda:
”Cut Nyak Dhien, janda Teuku Umar yang energik itu merintangi kita dengan hebat terutama di Meulaboh Hulu (pedalaman).” - Pengakuan pihak Belanda atas kegigihan Cut Nyak Dhien
Saking
gentarnya Belanda, Cut Nyak Dhien akhirnya diasingkan ke Sumedang untuk
meredam pengaruhnya yang besar. Oh ya, Aceh juga menyimpan banyak lagi
jagoan perempuan lainnya seperti Laksamana Malahayati (Panglima Laut
pertama di dunia), Teungku Fakinah, Cut Nyak Meutia, Pocut Meurah Intan,
Pocut Baren, Inen Mayak Teri, Datu Beru dan lainnya.
5. Tan Malaka
Pahlawan
terakhir yang mau Saya bahas adalah salah satu contoh yang cukup
kontroversial. Sejarah mencatatnya, sekaligus melupakannya.
Padahal pria bernama Tan Malaka ini punya pengaruh besar dalam
kemerdekaan. Namanya juga dihormati oleh bapak bangsa seperti Bung Karno
dan Bung Hatta. Mitos tentangnya pun bertebaran. Ini sepenggal
ceritanya.
|
Salah satu quotes yang saya suka dari Tan Malaka |
Berbeda dengan jagoan yang lain, nama Tan
Malaka adalah sosok intelek modern yang memilih melanglang buana
menyebarkan ajarannya dan memberi pencerahan tentang feodalisme yang
dilanda Indonesia. Tapi, namanya jarang sekali terdengar di buku
sejarah. Penyebabnya mungkin karena Tan Malaka berfaham komunis.
Gagasan
pemikiran Tan Malaka berakar dari kedatangannya untuk bersekolah di
Belanda. Disitu pemikiran progresif Tan Malaka diasah lewat bacaannya
tentang komunisme dan sosialisme. Sepulang dari sana, dia mengajar di
sebuah perkebunan di daerah Tanjung Morawa, Sumatera Utara. Dia mulai
menuliskan pemikirannya yang berakar dari kesenjangan yang dialami
rakyat miskin dan orang kaya.
Buku Tan Malaka yang paling terkenal
adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika) yang mengutamakan
cara berpikir ilmiah bukan hanya sekedar hafalan atau berakar
mistisisme. Buku ini yang kemudian menginspirasi banyak orang dalam
aktivisisme yang juga mengakar sampai reformasi 1998. Buku lainnya yang
juga penting adalah Aksi Massa yang dipakai oleh nasionalis untuk
menghajar imperialisme dan merengkuh kemerdekaan. Sosialisme a la Tan
Malaka kemudian diadopsi oleh Bung Karno ke dalam Marhaenisme juga Bung
Hatta dalam pemikiran ekonominya.
Begitulah kira-kira hebatnya pahlawan Indonesia. Bukan cuma pamer otot tapi juga jago secara pemikiran.
Sumber : MBDC.COM